Kata akal-akalan terlalu sering kita dengar
akhir-akhir ini, terutama menyaksikan para pemangku negara membela dirinya
walau sudah nyata-nyata bersalah. Tidak semua masyarakat begitu dungu untuk
bisa dikibuli terus menerus. Semutpun
diinjak akan menggigit, konon manusia. Hanya keledai yang boleh terperasuk
kedalam lubang yang sama dua kali, manusia seyogyanya tidak.
Kearifan tradisional meminta anak kemenakan : tidak
menggunakan sembarang akal dari berapa macam akal yang dikemukakan:
akal-akalan, akal tergumpal (orang bingung), akal terbalik (orang gila), akal
menjalar –aka manjala liok jariang nak
maisi- (akal ilmuwan yakni akal bertanya) dan akal yang sebenar akal (akal
yang dimbimbing oleh wahyu). Yang boleh dipakai akal sebenar akal dan akal
bertanya.
Komunitas pengguna adat alam minangkabau yang keluar
dari mulutnya kata-kata pilihan dari bodi yang berharga. Setara dengan
kata-kata Muhammad kepada Allah Swt atau sebaliknya. Yang terbersit dihati
dibawa naik ke kepala diberi bingkai/metodologi dan yang terbetik di kepala
dibawa turun ke hati diberi bungkus etika. Sehingga kata-kata yang keluar
memiliki nilai luhur/universal. Sebetulnya pola
ini –hemat penulis- salah satu modal dasar untuk menjadi warga global,
bukan menjadi warga kelas sekian.
Sering kita saksikan anak-anak bicara, orang tuanya
bilang. O anak saya bijak sekali, pada hal anak-anak itu baru ngeracau. Orang yang kelihatannya pandai
bicara, dikatakan sudah hebat tanpa peduli kualitas pembicaraan.Lama kelama-an
terbiasa, bila dikeritik akan berang karena dari kecil selalu dibilang : anak
manis, ganteng, cantik , pokoknya serba wah tak ada yang salah.
Theosofi-tradisional (budaya lama) kita belajar salah: salah dengar, salah
duduk, salah mata dan seterusnya.
Orang yang tahu salah akan segera tahu mana yang
betul, bila menerima kritik akan berterima kasih. Didunia ini selalu
berpasangan karena yang maha tunggal itu hanya
Allah Swt. Yang bisa meredam nafsu serakah, nafsu jahat yang memunculkan
pola pikir akal-akalan dan kebingungan adalah
komitmen kepada adat Islamiyah (Minangkabau) dan agama. Smoga !
*Ahmad Gazali mantan wartawan, kini konsultan econimic & engineering
di PT Nan Tembo, berdomisi di Padang.
Ahmad Gazali : Alamat : Kantor Perhimpunan
Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Wilayah Sumatera Barat Jl
Belanti Barat 7 no 101 Lolong Padang
\No Kontak : 081266928936-081993302051
Tidak ada komentar:
Posting Komentar