Jumat, 19 Juli 2013

CERPEN Akal-Akalan Oleh : Ahmad Gazali *




Kata akal-akalan terlalu sering kita dengar akhir-akhir ini, terutama menyaksikan para pemangku negara membela dirinya walau sudah nyata-nyata bersalah. Tidak semua masyarakat begitu dungu untuk bisa dikibuli terus menerus.  Semutpun diinjak akan menggigit, konon manusia. Hanya keledai yang boleh terperasuk kedalam lubang yang sama dua kali, manusia seyogyanya tidak.

Kearifan tradisional meminta anak kemenakan : tidak menggunakan sembarang akal dari berapa macam akal yang dikemukakan: akal-akalan, akal tergumpal (orang bingung), akal terbalik (orang gila), akal menjalar –aka manjala liok jariang nak maisi- (akal ilmuwan yakni akal bertanya) dan akal yang sebenar akal (akal yang dimbimbing oleh wahyu). Yang boleh dipakai akal sebenar akal dan akal bertanya.

Komunitas pengguna adat alam minangkabau yang keluar dari mulutnya kata-kata pilihan dari bodi yang berharga. Setara dengan kata-kata Muhammad kepada Allah Swt atau sebaliknya. Yang terbersit dihati dibawa naik ke kepala diberi bingkai/metodologi dan yang terbetik di kepala dibawa turun ke hati diberi bungkus etika. Sehingga kata-kata yang keluar memiliki nilai luhur/universal. Sebetulnya pola  ini –hemat penulis- salah satu modal dasar untuk menjadi warga global, bukan menjadi warga kelas sekian.

Sering kita saksikan anak-anak bicara, orang tuanya bilang. O anak saya bijak sekali, pada hal anak-anak itu baru ngeracau. Orang yang kelihatannya pandai bicara, dikatakan sudah hebat tanpa peduli kualitas pembicaraan.Lama kelama-an terbiasa, bila dikeritik akan berang karena dari kecil selalu dibilang : anak manis, ganteng, cantik , pokoknya serba wah tak ada yang salah. Theosofi-tradisional (budaya lama) kita belajar salah: salah dengar, salah duduk, salah mata dan seterusnya.

Orang yang tahu salah akan segera tahu mana yang betul, bila menerima kritik akan berterima kasih. Didunia ini selalu berpasangan karena yang maha tunggal itu hanya  Allah Swt. Yang bisa meredam nafsu serakah, nafsu jahat yang memunculkan pola pikir akal-akalan dan kebingungan   adalah komitmen kepada adat Islamiyah (Minangkabau)  dan agama. Smoga !


*Ahmad Gazali mantan wartawan, kini konsultan econimic & engineering di PT Nan Tembo, berdomisi di Padang.


Ahmad Gazali : Alamat : Kantor Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Wilayah Sumatera Barat Jl Belanti Barat 7 no 101 Lolong Padang
\No Kontak : 081266928936-081993302051

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments System

Disqus Shortname

Disqus Shortname

Comments system