Senin, 03 Juni 2013

CERPEN 'I NEED MY PARENTS

Namaku Lita, kini aku kuliyah di salah satu universitas di Bogor. Mungkin anda akan benci atau tidak suka melihatku karena tampangku yang suram atau penampilanku yang selebor. Tapi inilah aku, aku bahagia dengan kehidupanku.
          Mungkin rasa bahagia yang dulu ku dapatkan, kini tak bisa lagi ku rasakan seutuhnya. Aku mempunyai seorang kakak yang bernama Lia dan kini dia telah bekerja di salah satu mall di Jakarta. Aku terlahir dari keluarga menengah ke atas. Ayahku seorang TNI. Hidupku selalu dipenuhi kecerian. Tapi itu tak berlangsung lama, karena saat aku duduk dibangku kelas 2 SD ayahku telah dipanggil tuhan yang maha esa.
          Kini aku dan kakakku tidak memiliki sesosok ayah yang bisa mengajariku, tak ada lagi yang membacakan cerita dikala diriku akan tidur. Dan kini hanya kasih sayang dari ibu dan seorang kakak yang kudapatkan.
          Hari telah berlalu, minggu telah pergi, bulan telah berganti dan tahun pun ikut meninggalkan sarangnya. Tak terasa kini aku telah duduk dibangku kelas 1 SMP. Mungkin ayah akan bangga ketika melihat aku menjadi siswi SMP. Tapi itu hanya anganku saja. Ibu kini semakin tua dan ditambah perekonomian keluarga yang semakin susah. Ibuku adalah istri kedua dari ayahku sehingga uang pensiun ayah otomatis menjadi hak istri pertama ayah. Ibu dengan sekuat tenaga mencari uanng demi menyekolahkan kami dan menghidupkan kami. Rasa sedih, bangga, salut dan iba saat melihat ibu bekerja membanting tulang dari pagi sampai malam hanya untuk mencari seprak uang.
          Kini tak terasa aku sudah kelas 3 SMP. Ibu yang semakin tua dan semakin sakit-sakitan mendorong kami untuk membantu perekonomia keluarga. Karena ku ingin ibu tidak bersedih saat tidak mempunyai uang untuk jajan kami besok hari.
          Mungkin ini adalah cobaan paling terberat yang ada didunia ini. Hal yang paling tidak ku ingginkan, hal yang tidak ingin terjadi dan hal yang tak ingin ku harapkanpun terjadi. Ibu yang sangat ku sayangkan, ibu yang sangat ku cintai, ibu yang sangat ku dambakn harus pergi dipanggil tuhan yang maha esa dan itu tak mungkin aku cegah. Bercucuran air mata diriku melepas kepergian ibu.
          “ya tuhan, mengapa kau panggil ibuku? Kenapa tidak diriku?” jeritku
          “ikhlaskan saja ta” kata kakakku
          “tapi kenapa tuhan menggambil ibu juga kak? Mau tinggal sama siapa kita?”        jelasku
Mungkin itu adalah hal yang paling tidak ku inginkan terjadi. Kini ibu telah tiada dan hanya tinggal aku dan kakakku seorang diri.
          Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan kini aku sudah duduk dibangku SMA. Hidupku semakin tidak menentu terlebih disaat kami harus angkat kaki dari rumah kontrakan. Harta yang ditinggalkan ibu tak seberapa dan itu pun kami ditipu oleh tetngga yang telah kami percayakan untuk memegang uang kami. Kini aku dan kakakku hidup luntang-lantung entah mau kemana, untung ada teman SMP ku bernama ina yang mau memberi aku dan kakakku tempat berteduh. Sungguh senangnya rasa hatiku.
          Waktu semakin berputar tiada hentinya, kini aku sudah duduk dibangku kelas 3 SMA. Aku semakin binggung mau melanjutkan kuliyah atau bekerja. Peluang untuk kuliyah hanya sedikit terutema untuk biaya masuknya yang berjuta-juta. Mungkin aku hanya bisa menangis meratapi kehidupan ku yang semakin tak menentu, tapi aku yakin bahwa tuhan akan menolongku.
          “ya Allah, bantulah diriku untuk merubah kehidupanku” pintaku
Mungkin tuhan mendengar pintaku,
          “Lita, selamat kamu lolos SNMPTN undangan Di universitas yang ada di bogor” kata guruku
          “yang benar pak? Tapi percuma pak karena saya gak ada uang untuk masuk” sahutku
          “dan alhamdulillah kamu juga mendapat beasiswa full, jadi kamu tidak perlu mengeluarkan uang.” Kata guruku
Langsung sujud syukur diriku mendengar perkataan dari guruku itu. Sungguh tak bisa dibayangkan diriku akan bisa berkuliya dan tidak membayar sepersenpun. Tuhan maha adil dan maha mengetahui, aku percaya disetiap cobaan yang tuhan berikan kepada umatnya pasti ada maksud, tujuan dan hikmahnya. Kini aku telah berkuliyah dan aku berjanji akan membanggakan kedua orang tuaku yang telah tenang disurga sana.
          “ayah, ibu lihat aku kini kuliyah” lirihku
Jadi, apa yang kini kita lakukan pasti akn mendapat balasan dari tuhan.

~sekian~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments System

Disqus Shortname

Disqus Shortname

Comments system