BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah.
Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. :d
Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang;
(1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang
(2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas).
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia . Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran (Al-Kindi, 801 - 873 M).
Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentag bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about thinking.
Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya, karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi justru karena itulah mengapa fisafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.
B. Klasifikasi Filsafat
Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”.
1.) Klasifikasi Filsafat Menurut Wilayah
a. Filsafat Barat
‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropah, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam pada dinasti Abbasyah.
Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, George Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial .
b. Filsafat Timur
‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Yunani. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani.
Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut bergitu)dan Averroes.
Averroes, ibnu tufail, Kahlil Gibran, Ibnu Sina
2.) Klasifikasi Filsafat Menurut Latar Belakang Agama
a. Filsafat Islam
‘‘‘Filsafat Islam’’’ bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih ‘mencari Tuhan’, dalam filsafat Islam justru Tuhan ’sudah ditemukan.’
Pada mulanya filsafat berkembang di pesisir samudera Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 M yang ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Dari sinilah lahirlah sains-sains besar, seperti fisika, etika, matematika, dan metafisika yang menjadi batubara kebudayaan dunia.
Dari Asia Minor (Mediterania) bergerak menuju Athena yang menjadi tanah air filsafat. Ketika Iskandariah didirikan oleh Iskandar Agung pada 332 SM, filsafat mulai merambah dunia timur, dan berpuncak pada 529 M.
b. Filsafat Kristen
‘‘‘Filsafat Kristen’’’ mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Tak heran, filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, dan lain sebagainya.
Selain dua agama terbesar diatas, masih ada beberapa agama lainya yang melahirkan pemahaman falsafi yang sampai sekarang masih eksis. Misalnya Budha, Taoisme, dan lain sebagainya.
Buddha dalam bahasa Sansekerta berarti mereka yang sadar, atau yang mencapai pencerahan sejati (Dari perkataan Sansekerta: untuk mengetahui). Budha merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama yang dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini.
Sidharta adalah guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap “Buddha bagi waktu ini”). Dalam pandangan lainnya, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar.
Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya.
Taoisme merupakan filsafat Laozi dan Zhuangzi (570 SM ~470 SM) tetapi bukan agama. Taoisme berasalkan dari kata “Dao” yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian kesemua benda hidup dan benda-benda alam semesta dunia. Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan kebendaan adalah “De”. Gabungan Dao dengan De diperkenalkan sebagai Taoisme merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan berabadi. Keabadian manusia adalah apabila seseorang mencapai “Kesedaran Dao”. Penganut-penganut Taoisme mempraktekan Dao untuk mencapai “Kesedaran Dao” dan juga mendewakan.
Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang. Yin dan Yang dengan saintifiknya diterjemahkan sebagai negatif dan positif. Setiap benda adalah dualisme, terdapat positif mesti adanya negatif; tidak bernegatif dan tidak berpositif jadinya kosong, tidak ada apa-apa. Bahkan magnet, magnet memiliki kutub positif dan negatif, kedua-dua sifat tidak bisa diasingkan; tanpa positif, tidak akan wujud negatif, magnet tidak akan terjadi. :d
FILSAFAT DAN PEMBAGIANNYA
November 28, 2007 at 4:09 am (sejarah filsafat)
Kerapkali ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada
di awang-awang (= tidak mendarat) saja, padahal ilmu
filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari. Benar, filsafat
bersifat tidak konkrit, karena menggunakan metode berpikir sebagai cara
pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Filsafat , philosophy,
dalam bahasa Inggeris, atau philosophya dalam Yunani mempunyai arti
cinta akan kebijaksanaan. Philos (cinta) atau philia (persahabatan,
tertarik kepada) dan sophos (kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman praktis, inteligensi. Dari pengertian tersebut filsafat sebenarnya
amat dekat dengan realitas kehidupan kita. Untuk mengerti apa filsafat itu,
orang perlu menggunakan akal budinya untuk merenungkan relaitas hidupnya, “apa
itu hidup? Mengapa saya hidup? Akan kemana saya hidup? Tentunya pertanyaan
tersebut sejatinya muncul alamiah bila akal budi kita dibiarkan bekerja. Persoalannya,
apakah orang atau peminat filsafat sudah membiarkan akal budinya bekerja dengan
baik memandang relaitas? Aristoteles menyebut manusia sebagai “binatang
berpikir”.
Berbagai pengertian
Filsafat
A. Sonny Keraf dan Mikhael
Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentag bertanya atau berpikir
tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu sendiri) dari
segala sudut pandang. Thinking about thinking.
Beberapa filsuf mengajukan
beberapa definifi pokok seperti:
Upaya spekulatif untuk
menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas
Upaya untuk melukiskan hakekat realitas akhir dan dasar serta nyata,
Upaya untuk menentukan batas-batas jangkauan pengetahuan: sumbernya,
hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya.
Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan
yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan
Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa yang ada katakan
dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.
Penulis sendiri mendefinisikan ilmu filsafat sebagai disiplin ilmu yang
mencari dan menggeluti segara yang ada sehingga sampai pada suatu kebijaksanaan
universal dengan mengunakan akal budi guna merumuskanya secara sistematis,
metodis dan dapat dipertanggungjawabkan secara akal budi pula.
Metode Filsafat
Metode filsafat adalah
metode bertanya. Objek forma filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek
materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala
sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
Pembagian Bidang
Ilmu Filsafat
A. Sonny Keraf membedakan ilmu filsafat menjadi 5 cabang besar: (1)
metafisika atau ilmu tentang yang ada sebagai ada; (2) epistemologi atau
filsafat ilmu pengetahuan; (3) etika atau filsafat moral yang berbicara
mengenai baik-buruknya perilaku manusia; (4) logika berbicara mengenai cara
berpikir lurus dan tepat; (5) estetika atau filsafat keindahan berbicara
tentang seni.
Aristoteles memasukkan ke
dalam bidang filsafat: logika, etika, estetika, psikologi, filsafat politik,
fisika, dan metafisika. Pembagiannya terhadap bidang-bidang ilmu, mempunyai
tiga bagian: ilmu-ilmu teoritis, ilmu-ilmu praktis, dan ilmu-ilmu produktif.
Christian Wolff membagi
filsafat menjadi: logika, filsafat pertama, ontologi, teologi, kosmologi,
psikologi rasional, etika, dan teori pengetahuan. Disiplin-disiplin ini dibagi
menjadi tiga bagian: teoritir, praktis dan kriteriologis.
Dewasa ini, bidang-bidang
filsafat diketahui meliputi kebanyakan disiplin yang disebut di atas tadi,
meski ada kekecualian, seperti fisika dan psikologi telah mendapat privilesenya
sendiri. Filsafat sering dianggap sebagai ilmu politik. Teologi telah
digantikan oleh filsafat agama.
Di samping itu, tanggung
jawab filsafat terhadap bidang-bidang lain semakin diakui melalui perkembangan
filsafat, studi dan kursus interdisipliner. Yang paling penuh perkembangannya
adalah filsafat ilmu pengetahuan. Disiplin ini mengandung anataf filsafat
ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial: filsafat sejarah, filsafat agama,
filsafat hukum, dan filsafat pendidikan.
Beberapa Cabang
Filsafat
Filsafat Alam
Obyeknya: alam kehidupan dan
alam bukan kehidupan. Tujuannya: menjelaskan fenomena alam dari aspek
eksistensi fenomena tersebut dan menelusuri syarat-syarat kemungkinan.
Filsafat Analitis
Ilmu memusatkan perhatian
pada bahasa dan upaya untuk menganalisis pernyataan (konsep, atau ungkapan
kebahasaan aatau bentuk-bentuk logis. Tujuannya ialah untuk menemukan
pernyataan-pernyataan yang berbentuk logis dan ringkas dan yang terbaik, yang
cocok dengan fakta atau arti yang disajikan.
Filsafat Bahasa
Sehari-hari
Paham ini berpandangan bahwa
dengan menganalisis bahasa biasa (makna, implikasi, bentuk dan fungsinya) kita
dapat memperlihatkan kebenaran mengenai kenyataan. Dengan analisis bahasa biasa
kita dapat memahami masalah pokok filsafat dan sekaligus dapat memecahkannya.
Filsafat Gestalt
Salah satu pandangan
filsafat ini berpandangan bahwa realitas merupakan dunia tempat organisme fisik
memberikan tanggapan dalam proses mengatur struktur-struktur atau keseluruhan
yang diamati.
Filsafat Kebudayaan
Filsafat ini memberikan
gambaran keseluruhan mengenai gejala kebudayaan (bentuk, nilai dan kreasinya).
Tugasnya untuk menyelidiki hakekat kebudayaan, memahaminya berdasarkan sebab-sebab
dan kondisi-kondisinya yabg esensial. Filsafat ini juga bertugas untuk
menjabarkan pada tujuan-tujuannya yang paling mendasar dan karena itu juga
menemukan arah dan luas perkembangan budaya.
Filsafat Kehidupan
Filsafat kehidupan dalam
bahasa sehari-hari berarti (1) cara tau pandangan hidup. Dan ini bertujuan
mengatur segalanya secara praktis. (2) Etika sebagai ilmu yang berbicara
mengenai tujuan dan kaidah-kaidah kehidupan dapat juga disebut sebagai filsafat
kehidupan.
Dari pemaparan di atas, ilmu
filsafat merupakan ilmu yang lahannya luas dan rumit. Untuk mereka yang
berminat pada filsafat, mereka harus mempelajari pengantar-pengantar ke bidang
filsafat. Peminat Ilmu filsafat di Indonesia semakin berkembang. Hal ini
terlihat berkembangnya peminat filsafat di perguruan tinggi/ sekolah tinggi
filsafat baik yang dikelola pemerintah maupun swasta nasional. Semoga informasi
ini bermanfaat bagi siapa saja yang mencintai kebijaksanaan.
Sumber:
Keraf, A. Sonny dan Mikhael
Dua, Ilmu Pengetahuan, sebuah tinjauan filosofis, Kanisius: Yogyakarta, 2001
Bagus, Lorens, Kamus
Filsafat, Gramedia: Jakarta, 2002
STFT Widya Sasana Malang,
Diktat Kuliah, 1999, Widya Sasana: Malang
makalah filsafat sejarah
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada
abad pertengahan tokoh-tokoh yang memberikan sumbangsih bagi kehidupan
intelektual adalah orang-orang gereja. Masyarakat umum pada abad
pertengahan banyak menulis karya-karya sastra dalam uraian tentang sejarah umum
yang hal tersebut akan menuntut perhatian lebih besar daripada yang diperlukan
dalam uraian tentang filasafat sejarah. Baru pada abad pertangahan kita jumpai
masyarakat umum yang menulis tentang filsafat, hingga abad ke-14 kaum
eklesiastik boleh dikatakan memegang monopoli atas filsafat dan oleh karenanya
filsafat pun ditulis berdasarkan sudut pandang gereja.
Santo
Agustinus adalah salah seorang pelopor dalam sejarah filsafat di zaman abad
pertengahan (abad 6-16) M. Sejarah filsafat abad ini sering disebut dengan
zaman patristic dan zaman skolastik. Patristik berasal dari kata latin “patres”
yang artinya “bapa-bapa geeja”. Ajaran kefilsafatannya menunjukkan adanya
pengaruh dari zaman hellenisme. Mereka berusaha memperlihatkan bahwa iman
sesuai dengan pikiran-pikiran dalam diri manusia. Sedangkan zaman Skolastik ditandai
dengan diajarkannya filsafat pada sekolah-sekolah biara yang berisi tentang
hubungan hakikat Tuhan, antropologi, etika dan politik.
Makalah
ini membahas tentang teori gerak sejarah Santo Agustinus dan kaitannya dalam
karya bukunya berjudul “ The City of God”
2. Rumusan
Masalah
1. Siapakah
Santo Agustinus ?
2. Bagaimanakah
teori gerak sejarah menurut Santo Agustinus ?
3. Bagaimana
pandangan filsafat Santo Agustinus dalam bukunya “The City of God” ?
3. Tujuan
Masalah
1) Mengetahui
profil Santo Agustinus
2) Mengetahui
teori gerak Santo Agustinus dalam hubunganya dengan sejarah
3) Mengetahui
pandangan filsafatnya Santo Agustinus dalam bukunya The City of God”
PEMBAHASAN
A. Biogarafi Santo Agustinus
Santo
Agustinus dilahirkan pada tanggal 13 November 354 di Tegaste, Algeria, Afrika
Utara. Ayahnya bernama Patristius, seorang kafir. Ibunya Santo Monika, seorang
Kristen yang saleh. Dalam menginjak dewasa, Santo Agustinus mulai berontak dan
hidup liar. Pada umur 29 tahun, Augustinus dan Alypius sahabatnya menjadi guru
besar di Milan. Sementara hatinya merasa gelisah, ia mencari-cari sesuatu yang
dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Sembilan
tahun Santo Augustinus menganut aliran manikisme, yaitu bid’ah yang menolak
Allah dan mengutamakan rasionalisme. Tetapi tanpa kehadiran Tuhan dari
hidupnya, jiwanya tetap kosong. Semua buku-buku ilmu telah dibacanya tetapi ia
tidak menemukan kebenaran dan ketentraman dalam jiwanya.
Pada
usia 31 tahun, Santo Augustinus mulai bergerak hatinya untuk kembali kepada
Tuhan berkat ajaran dari Santo Ambrosius, uskup kota Milan. Suatu ketika Santo
Augustinus melihat orang yang bertaubat kembali ke jalan Allah, ia merasa malu
“ Apa yang bisa kita lakukan? Teriaknya kepada Alypus. “ Orang-orang yang tak
terpelajar memilih surga dengan berani. Tetapi kita, dengan segala ilmu
pengetahuan kita, demikian pengecut sehingga terus bergelimang dosa, semenjak
itu ia memulai hidup baru dengan kembali kepada Tuhan.
Pada
tanggal 24 April 387, Santo Augustinus dipermandikan oleh uskup
Ambrosius, ia memutuskan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan.[1]
Ia seorang Kristen yang taat. Ia sering menulis pandangan-pandangannya terutama
pandangannya tentang sejarah dalam karyanya yang terkenal Civitas dei
(kerajaan tuhan). Gubahannya terdiri dari 22 jilid. Civitas dei adalah
kerajaan yang tetap akan muncul dan abadi, karena bersumber dari “yang kekal”.[2]
Kekuasaan
gereja merupakan hal yang paling menonjol pada periode pertengahan ini. Gereja
memperoleh kekuasaan dan kekayaan berkat imannya. Gereja adalah lembaga sosial
yang dibangun berdasarkan Iman, yang sebagian bersifat filosofis dan
sebagian berkaitan dengan sejarah sakral. Gereja membawa kekuasaan filosofis
menuju hubungan yang lebih erat dengan keadaan-keadaan sosial dan politik. Pada
abad pertengahan, para filosof banyak dari kalangan pendeta (bapa gereja).
Pelopor dalam sejarah filsafat zaman ini adalah St. Agustinus dan Thomas
Aquinas. Jadi secara tidak langsung, pendangannya banyak dipengaruhi dengan
kependetaannya.[3]
B.
Teori Gerak Sejarah Menurut Santo Auustinus
Menurut Rustam (1999: 52)
mengatakan bahwa:
Hakikat teori sejarah adalah
suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara revolusi, karena menggambarkan peristiwa
sejarah masa lampau secara kronologis. Urutan secara kronologis merupakan pokok
teori untuk menggambarkan gerak sejarah.
Sejarah
menurut St. Augustinus adalah epos perjuangan antara dua unsur yang saling
bertentangan, yang baik dan yang buruk. Teori gerak sejarah menurut St.
Augustinus ditentukan oleh kehendak tuhan. Hukum alam menjadi hukum Tuhan,
kodrat alam menjadi kodrat Tuhan, Tuhan menentukan takdir, manusia menerima
nasib. Gerak manusia bersifat pasif karena segala sesuatunya ditentukan oleh
Tuhan.
Santo
Augustinus dalam kitabnya juga menerangkan bahwa tujuan gerak sejarah ialah
terwujudnya kehendak tuhan dalam civitas dei atau kerajaan tuhan.
Civitas dei merupakan tempat manusia pilihan Tuhan yang menerima ajaran
Tuhan dan yang menolaknya akan ditampung didalam civitas diaboli
(kerajaan setan) atau neraka. Selanjutnya ia mengajarkan bahwa hakikat
sesungguhnya kehidupan adalah penembusan dosa.[4] Seperti yang ia
singgung dalam bukunya “The City of God” bahwasannya Adam sebelum kejatuhannya
pernah memilki kehendak bebas dan bisa terbebas dari dosa. Namun karena dia dan
hawa memakan buah apel maka kerusakan pun merasuki mereka dan terwariskan
kepada seluruh anak keturunannya, sehingga tak seorang pun dari mereka yang
bisa terbebas dari dosa, kecuali berdasarkan upaya mereka sendiri. Oleh karena
itu St. Augustinus mengatakan bahwa hakikat kehidupan manusia di bumi ini
hanyalah sebuah penebusan dosa yang dilakukan oleh adam dan hawa terdahulu.[5]
C. Pandangan Santo
Agustinus, Filsafat Tentang Sejarah dalam Bukunya The City Of God
(kota Allah/Tuhan)
Santo
Agustinus adalah seorang penulis yang produktif dan banyak menghasilkan
karya-karya. Dan karya-karyanya banyak yang membahas tentang teologi
(teori tentang ke-Tuhanan), dalam beberapa karya Santo Agustinus adalah
membahas tentang tiga hal:
1. Filsafat
murni, terutama teorinya tentang waktu.
2. Filsafat
tentang sejarah, seperti dalam karyanya, The City Of God (kota
Allah/Tuhan).
3. Teorinya
tentang penebusan, terutamayang berkaitan dengan kaum pelagian.[6]
Namun dari tiga perkara diatas kami hanya akan dibahas poin yang kedua yaitu,
filsafat tentang sejarah, karya Santo Agustinus yang berjudul The City Of
God.
Pada
tahun 410 M, Roma dijatuhkan oleh kaum Visigoth. Kaum pagan menghubungkan
peristiwa itu dengan Roma telah menelantarkan Dewa-Dewa kuno. Karena pada saat
Roma tidak memuja Jupiter(dewa), Roma mengalami malapetaka diatas. Dan ketika
Roma memuja para dewa (Jupiter), Roma terlindungi dan tetap berkuasa. Karena.
Dalam pagan memandang bahwasemua itu sudah menjadi kehendak dewa-dewa. Argumen
diatas adalah argumennya kaum pagan tentang The City Of God.[7] The
City Of God. Yang ditulis oleh Santo Agustinus pada tahun 412 hingga 427
yang berisikan tentang jawaban terhadap pertanyaan sekitar kehancuran Roma, dan
berisi dua peristiwa besar yakni kejatuhan Roma ke tangan bangsa Visigoth dan
Alarik pada tahun 410 M dan diterimanya agama keristen melalui dekrit politik
kaisar Theodosius menjadi agama resmi imperium Romawi pada tahun 393 M.[8]
Buku The
City Of God diawali dengan renungan yang berawal dari penyerbuan atas Roma,
dan dizaman pra-kristen kejadian yang lebih buruk . kaum pagan mengaitkan
kejadian itu dengan agama Kristen karena, selama terjadinya kejadian itu
orang-orang Roma berlindung gereja-gereja yang dimulyakan oleh orang-orang Goth
dan sebab mereka beragama Kristen.[9]
Selanjutnya.
Buku ini membahas persoalan tentang para perawan yang saleh yang diperkosa
selama penyerbuan atas Roma. Pandangan Santo Agustinus tentang perempuan
diperkosa dia berpendapat “syahwat orang lain tidak bisa mencemari kalian”.
Kesucian adalah keutamaan batin dan tidak hilang karena, pemerkosaan.
Melainkan, kesucian akan hilang karena karena niat dosa. Ada satu kesatuan bagi
kaum perempuan saleh yang diperkosa untuk bisa dinilai tak berdosa, mereka
tidak boleh menikmatinya jika mereka menikmatinya maka mereka berdosa.[10]
Santo
Agustinus menyangga kamu stoa tentang mengutuk segala macam nafsu, Santo
Agustinus mengatakan bahwa nafsu para pemeluk Kristen bisa menjadi sumber
keutamaan kemarahan, atau kasih-sayang nafsu tidak harus dikutuk namun, kita
selidiki tujuannya.[11]
Buku
XI mengawali pembahasan tentang hakekat kota Allah. Kota Allah adalah
masyarakat dan kaum terpilih. Pengetahuan tentang Allah hanya bisa di peroleh
melalui kristus, karena mengenai semua pengetahuan agama harus pecaya pada
kitab suci (suci). Selain itu, dia juga berpendapat bahwa segala yang diberkati
bersifat kekal. Akan tetapi, tidak semua yang kekal diberkati,misalnya, neraka
dan setan. [12]
Selanjutnya
Santo Agustinus juga membahas tentang perihal dosa. Menurutnya, dosa bersumber
dari jiwa bukan dari tubuh. Dan perkara ini berhubungan dengan nafsu seksual.
Walaupun, pada hakikatnya hubungan seksualdalam sebuah perkawinan tidak berdosa
karena, niatnya adalah untuk memperoleh keturunan. Akan tetapi, bagi seorang
saleh ingin melakukannya tanpa disertai syahwat. Karena, yang demikian walaupun
dalam perkawinan orang-orang merasa dengan hubungan seksual yang disertai
syahwat/nafsu. Hal ini berhubungan dengan hukuman tentang dosa Adam yang
menimpa kita ( umat manusia). Karena, dahulu Adam dan Hawa dapat melakukan
hubungan seksual tanpa disertai dengan syahwat. Namun, karena Adam tidak dapat
menjauhkan dirinya dari pohon apel maka, kebutuhan syahwat dalam hubungan
seksual adalah hukuman bagi dosa Adam.[13]
Kemudian pembahasan selanjutnya, Santo Agustinus menyebutkan bahwa ada dua
kebangkitan yaitu, kebangkitan jiwa pada saat kematian dan kebangkitan tubuh
pada hari penghakiman. Dimana, setelah kebangkitan tubuh maka, tubuh-tubuh yang
terhukum akan terbakar selamanya tanpa bisa musnah (karena, pada hakikatnya
neraka bersifat kekal). Dan para iblis misalnya, walaupun pada hakikatnya
mereka tidak berjasad namun, dapat terbakar oleh api biasa. Selain itu, dia
juga berpendapat bahwa siksa neraka tidak mensucikan dan tidak akan bisa
dikurangi sekalipun oleh campur tangan para Santo. Dan diakhir pembahasan buku The
City Of God ini menguraikan tentang visi Santo Agustinus mengenai
Allah disurga dan tentang kebahagiaan kekal dikota Allah.[14]
KESIMPULAN
Santo Augustinus adalah seorang pelopor dalam sejarah filsafat di zaman abad
pertengahan (abad 6-16) M. St Augustinus mangganti akal dengan iman.
Potensi manusia yang diakui pada zaman yunani diganti dengan kuasa Tuhan/
Allah. Ia mengajarkan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran
itu relatife. Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama.
St. Augustinus mengatakan mempelajari hokum alam adalah mubadir, membosankan
waktu. Ia juga berpendapat bahwa bumi adalah pusat jagat raya. Inteletualisme
tidak penting, yang penting adalah cimta kepada Tuhan.
St. Augustinus memberikan formulasi yang sistematis tentang filsafat Kristen,
suatu filsafat yang dominant terhadap katolik dan protestan. Filsafatnya
tentang sejarah berpengaruh terhadap gerakan-gerakan agama dan pada pemikiran
sekuler. Fisafat sejarah St. Augustinus ditinjau oleh teologi, dia mengatakan
bahwa sejarah tidak dapat dijelaskan dengan memperhitungkan factor-faktor
ekonomi, social, dan politik. Tetapi sejarah dapat dipahami melalui hokum-hukum
Tuhan.
Pandangan St. Augustinus mengenai filsafat tentang sejarah ditulis dalam
bukunya “ The City of God”. Karya ini sangat terkenal. Bab satu sampai sepuluh
meneragkan tantang imperialisme romawi. Khusus bab sebelas sampe tigabelas
menceritakan tentang pandangannya mengenai gerak sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Russel, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka
pelajar offset
Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar
Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,
Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: PT. Rineka Cipta
ilsafat Ilmu sebagai
cabang filsafat ternyata telah diminati secara khusus semenjak abad XVII,
terutama ketika ilmu-ilmu mengalami perkembangan dan lepas landas pasca
renaissance dan humanisme di dunia Barat, hingga kini telah mengalami
perkembangan sedemikian besar dan beragam meliputi beberapa aspek.1
Pada awal abad ke 20
muncul sebuah kelompok yang terdiri dari sarjana-sarjana ilmu pasti dan alam di
Wina lebih dikenal dengan “lingkaran Wina”.2
Salah satu tujuannya adalah memperbaharui positivisme klasik ciptaan Comte
sekaligus memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Adapun yang dikembangkan adalah
Neo-Positivisme atau kerap juga dinamakan Positivisme Logis ataupun Empirisme
Logis.3 Mereka memandang filsafat ilmu
sebagai logika ilmu. Karenanya seorang filosof ilmu hanyalah melakukan
konstruksi presentasi formal dari ungkapan-ungkapan ilmiah,4 dalam penggunaan bahasa yang bermakna (meaningfull)
dan sahih akibatnya filsafat ilmu semakin jauh dari kenyataan ilmu pengetahuan.
Filsafat Ilmu baru
dimulai dengan terbitnya karya Khun “The Structure of Scientific Revolusion (1962)”
Kuhen menyatakan bahwa sebaiknya Filsafat Ilmu berguna bagi Sejarah Ilmu. Upaya
untuk berguna bagi Sejarah Ilmu harus merupakan titik pangkal segala
penyelidikan. Dengan begitu Filsafat Ilmu bisa mendekati kenyataan ilmu dan
aktivitas ilmiyah.
Pada tahap
selanjutnya Institusi Sosial Franfurt sejak tahun 1923 telah menuangkan
gagasan-gagasannya. Salah seorang tokohnya ialah Erick From (1900-1980)
kelompok ini terdiri dari ahli sosiologi, ekonomi, politik dan psikologi.
Mereka berusaha memperbaharui dan memperdalam masalah teoritis dan falsafi
mengenai cara kerja dan kedudukan ilmu-ilmu sosial.5
Mereka berpendapat bahwa manusia sebagai pencipta cara hidupnya sendiri secara
keseluruhan, kemudian keterasingan manusia di tengah-tengah dunia hasil ilmu,
teknik dan industri tidak dapat diatasi dengan pemikiran teoritik dan kritis
saja.
Dengan demikian
mereka mengadakan refleksi falsafi atas kritik-kritiknya yang bertitik pangkal
pada pengalaman tentang keadaan ekonomi, politik dengan segala implikasinya
dalam bidang sosial. Sedangkan cara mengembangkan refleksi itu bersifat
dialektika sesuai dengan keadaan yang tak henti-hentinya berubah secara
dialektis juga.6
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
[1]C. Verhaak, Filsafat
Ilmu Pengetahuan, (t.d.), h. 137-144.
[2]Kelompok yang
didirikan untuk murid-murid Schlici pada tahun 1924 dan mendapat pengaruh dari
tiga corak, pertama dari empirisme, positivisme Hume, Smith dan
Ernetmax. Kedua, metodologi ilmu empiris yang dilambangkan untuk para
ilmuan semenjak abad XVIII. Ketiga, perkembangan logika simbolik dan
analisa logik yang dikembangkan oleh Russel, Wetgentein dan WT. Heath.
[3]Suatu pandangan
yang hanya mengakui satu sumber pengalaman saja, yaitu pengalaman yang mengenal
data-data inderawi untuk pembuktian dalil-dalil logika dan matematika yang
tidak dihasilkan lewat pengalaman sehingga menjadi suatu keseluruhan yang
meliputi segala data.
[4]Agar ilmu
pengetahuan dapat dijabarkan menjadi suatu ilmu made of univeld Sceince. Maka
mereka tidak membedakan bahasa yang digunakan ilmu-ilmu kemanusiaan dan
ilmu-ilmu alam.
[5]C. Verhaak, op.
cit., h. 157
[1]
www.googlebottle.com/tokoh-dunia/st.augustinus
[2] Rustam E.
Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat,
dan Iptek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), 60
[3]
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset,2002), 407-408
[4]
Rustam Tamburaka………………………………., 149
[5]
Bertrand Russel…………………………………..., 478
[6]
Betrand Russell. Sejarah Filsafat Barat: Dan Kaitannya Dengan Kondisi
Sosio-Politik Di Zaman Kuno Hingga Sekarang. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002), 473.
[7]
Ibid., 477.
[9]
Betrand Russell. Sejarah Filsafat Barat: Dan Kaitannya Dengan Kondisi
Sosio-Politik Di Zaman Kuno Hingga Sekarang. 478..
[10]
Betrand Russell. Sejarah Filsafat Barat: Dan Kaitannya Dengan Kondisi
Sosio-Politik Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang. 479.
[11]
Ibid., 481.
[12]
Ibid.
[13]
Ibid., 482-483.
[14]
Ibid., 486.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar