Minggu, 23 Desember 2012

MAKALAH FILSAFAT “SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT DARI MASA KE MASA”

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah.
Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. :d
Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang;
(1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang
(2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas).
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia . Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran (Al-Kindi, 801 - 873 M).
Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentag bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about thinking.
Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya, karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi justru karena itulah mengapa fisafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.
B. Klasifikasi Filsafat
Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”.

1.) Klasifikasi Filsafat Menurut Wilayah
a. Filsafat Barat
‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropah, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam pada dinasti Abbasyah.
Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, George Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial .
b. Filsafat Timur
‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Yunani. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani.
Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut bergitu)dan Averroes.
Averroes, ibnu tufail, Kahlil Gibran, Ibnu Sina
2.) Klasifikasi Filsafat Menurut Latar Belakang Agama
a. Filsafat Islam
‘‘‘Filsafat Islam’’’ bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih ‘mencari Tuhan’, dalam filsafat Islam justru Tuhan ’sudah ditemukan.’
Pada mulanya filsafat berkembang di pesisir samudera Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 M yang ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Dari sinilah lahirlah sains-sains besar, seperti fisika, etika, matematika, dan metafisika yang menjadi batubara kebudayaan dunia.
Dari Asia Minor (Mediterania) bergerak menuju Athena yang menjadi tanah air filsafat. Ketika Iskandariah didirikan oleh Iskandar Agung pada 332 SM, filsafat mulai merambah dunia timur, dan berpuncak pada 529 M.
b. Filsafat Kristen
‘‘‘Filsafat Kristen’’’ mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Tak heran, filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, dan lain sebagainya.
Selain dua agama terbesar diatas, masih ada beberapa agama lainya yang melahirkan pemahaman falsafi yang sampai sekarang masih eksis. Misalnya Budha, Taoisme, dan lain sebagainya.
Buddha dalam bahasa Sansekerta berarti mereka yang sadar, atau yang mencapai pencerahan sejati (Dari perkataan Sansekerta: untuk mengetahui). Budha merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama yang dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini.
Sidharta adalah guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap “Buddha bagi waktu ini”). Dalam pandangan lainnya, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar.
Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya.
Taoisme merupakan filsafat Laozi dan Zhuangzi (570 SM ~470 SM) tetapi bukan agama. Taoisme berasalkan dari kata “Dao” yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian kesemua benda hidup dan benda-benda alam semesta dunia. Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan kebendaan adalah “De”. Gabungan Dao dengan De diperkenalkan sebagai Taoisme merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan berabadi. Keabadian manusia adalah apabila seseorang mencapai “Kesedaran Dao”. Penganut-penganut Taoisme mempraktekan Dao untuk mencapai “Kesedaran Dao” dan juga mendewakan.
Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang. Yin dan Yang dengan saintifiknya diterjemahkan sebagai negatif dan positif. Setiap benda adalah dualisme, terdapat positif mesti adanya negatif; tidak bernegatif dan tidak berpositif jadinya kosong, tidak ada apa-apa. Bahkan magnet, magnet memiliki kutub positif dan negatif, kedua-dua sifat tidak bisa diasingkan; tanpa positif, tidak akan wujud negatif, magnet tidak akan terjadi. :d




FILSAFAT DAN PEMBAGIANNYA


Kerapkali ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di     awang-awang (= tidak mendarat) saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit, karena menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Filsafat , philosophy, dalam bahasa Inggeris, atau philosophya dalam Yunani mempunyai arti cinta akan kebijaksanaan. Philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi. Dari pengertian tersebut filsafat sebenarnya amat dekat dengan realitas kehidupan kita. Untuk mengerti apa filsafat itu, orang perlu menggunakan akal budinya untuk merenungkan relaitas hidupnya, “apa itu hidup? Mengapa saya hidup? Akan kemana saya hidup? Tentunya pertanyaan tersebut sejatinya muncul alamiah bila akal budi kita dibiarkan bekerja. Persoalannya, apakah orang atau peminat filsafat sudah membiarkan akal budinya bekerja dengan baik memandang relaitas? Aristoteles menyebut manusia sebagai “binatang berpikir”.
Berbagai pengertian Filsafat
A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentag bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about thinking.
Beberapa filsuf mengajukan beberapa definifi pokok seperti:
Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas
Upaya untuk melukiskan hakekat realitas akhir dan dasar serta nyata,
Upaya untuk menentukan batas-batas jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya.
Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan
Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa yang ada katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.
Penulis sendiri mendefinisikan ilmu filsafat sebagai disiplin ilmu yang mencari dan menggeluti segara yang ada sehingga sampai pada suatu kebijaksanaan universal dengan mengunakan akal budi guna merumuskanya secara sistematis, metodis dan dapat dipertanggungjawabkan secara akal budi pula.
Metode Filsafat
Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek forma filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
Pembagian Bidang Ilmu Filsafat
 A. Sonny Keraf membedakan ilmu filsafat menjadi 5 cabang besar: (1) metafisika atau ilmu tentang yang ada sebagai ada; (2) epistemologi atau filsafat ilmu pengetahuan; (3) etika atau filsafat moral yang berbicara mengenai baik-buruknya perilaku manusia; (4) logika berbicara mengenai cara berpikir lurus dan tepat; (5) estetika atau filsafat keindahan berbicara tentang seni.
Aristoteles memasukkan ke dalam bidang filsafat: logika, etika, estetika, psikologi, filsafat politik, fisika, dan metafisika. Pembagiannya terhadap bidang-bidang ilmu, mempunyai tiga bagian: ilmu-ilmu teoritis, ilmu-ilmu praktis, dan ilmu-ilmu produktif.
Christian Wolff membagi filsafat menjadi: logika, filsafat pertama, ontologi, teologi, kosmologi, psikologi rasional, etika, dan teori pengetahuan. Disiplin-disiplin ini dibagi menjadi tiga bagian: teoritir, praktis dan kriteriologis.
Dewasa ini, bidang-bidang filsafat diketahui meliputi kebanyakan disiplin yang disebut di atas tadi, meski ada kekecualian, seperti fisika dan psikologi telah mendapat privilesenya sendiri. Filsafat sering dianggap sebagai ilmu politik. Teologi telah digantikan oleh filsafat agama.
Di samping itu, tanggung jawab filsafat terhadap bidang-bidang lain semakin diakui melalui perkembangan filsafat, studi dan kursus interdisipliner. Yang paling penuh perkembangannya adalah filsafat ilmu pengetahuan. Disiplin ini mengandung anataf filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial: filsafat sejarah, filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat pendidikan.
Beberapa Cabang Filsafat
Filsafat Alam 
Obyeknya: alam kehidupan dan alam bukan kehidupan. Tujuannya: menjelaskan fenomena alam dari aspek eksistensi fenomena tersebut dan menelusuri syarat-syarat kemungkinan. 
Filsafat Analitis
Ilmu memusatkan perhatian pada bahasa dan upaya untuk menganalisis pernyataan (konsep, atau ungkapan kebahasaan aatau bentuk-bentuk logis. Tujuannya ialah untuk menemukan pernyataan-pernyataan yang berbentuk logis dan ringkas dan yang terbaik, yang cocok dengan fakta atau arti yang disajikan.
Filsafat Bahasa Sehari-hari
Paham ini berpandangan bahwa dengan menganalisis bahasa biasa (makna, implikasi, bentuk dan fungsinya) kita dapat memperlihatkan kebenaran mengenai kenyataan. Dengan analisis bahasa biasa kita dapat memahami masalah pokok filsafat dan sekaligus dapat memecahkannya.
Filsafat Gestalt
Salah satu pandangan filsafat ini berpandangan bahwa realitas merupakan dunia tempat organisme fisik memberikan tanggapan dalam proses mengatur struktur-struktur atau keseluruhan yang diamati.
Filsafat Kebudayaan
Filsafat ini memberikan gambaran keseluruhan mengenai gejala kebudayaan (bentuk, nilai dan kreasinya). Tugasnya untuk menyelidiki hakekat kebudayaan, memahaminya berdasarkan sebab-sebab dan kondisi-kondisinya yabg esensial. Filsafat ini juga bertugas untuk menjabarkan pada tujuan-tujuannya yang paling mendasar dan karena itu juga menemukan arah dan luas perkembangan budaya.
Filsafat Kehidupan
Filsafat kehidupan dalam bahasa sehari-hari berarti (1) cara tau pandangan hidup. Dan ini bertujuan mengatur segalanya secara praktis. (2) Etika sebagai ilmu yang berbicara mengenai tujuan dan kaidah-kaidah kehidupan dapat juga disebut sebagai filsafat kehidupan.
Dari pemaparan di atas, ilmu filsafat merupakan ilmu yang lahannya luas dan rumit. Untuk mereka yang berminat pada filsafat, mereka harus mempelajari pengantar-pengantar ke bidang filsafat. Peminat Ilmu filsafat di Indonesia semakin berkembang. Hal ini terlihat berkembangnya peminat filsafat di perguruan tinggi/ sekolah tinggi filsafat baik yang dikelola pemerintah maupun swasta nasional. Semoga informasi ini bermanfaat bagi siapa saja yang mencintai kebijaksanaan.
Sumber:
Keraf, A. Sonny dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan, sebuah tinjauan filosofis, Kanisius: Yogyakarta, 2001
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Gramedia: Jakarta, 2002
STFT Widya Sasana Malang, Diktat Kuliah, 1999, Widya Sasana: Malang

makalah filsafat sejarah

 PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang

Pada abad pertengahan tokoh-tokoh yang memberikan sumbangsih bagi kehidupan intelektual  adalah orang-orang gereja. Masyarakat umum pada abad pertengahan banyak menulis karya-karya sastra dalam uraian tentang sejarah umum yang hal tersebut akan menuntut perhatian lebih besar daripada yang diperlukan dalam uraian tentang filasafat sejarah. Baru pada abad pertangahan kita jumpai masyarakat umum yang menulis tentang filsafat, hingga abad ke-14 kaum eklesiastik boleh dikatakan memegang monopoli atas filsafat dan oleh karenanya filsafat pun ditulis berdasarkan sudut pandang gereja.
Santo Agustinus adalah salah seorang pelopor dalam sejarah filsafat di zaman abad pertengahan (abad 6-16) M. Sejarah filsafat abad ini sering disebut dengan zaman patristic dan zaman skolastik. Patristik berasal dari kata latin “patres” yang artinya “bapa-bapa geeja”. Ajaran kefilsafatannya menunjukkan adanya pengaruh dari zaman hellenisme. Mereka berusaha memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran dalam diri manusia. Sedangkan zaman Skolastik ditandai dengan diajarkannya filsafat pada sekolah-sekolah biara yang berisi tentang hubungan hakikat Tuhan, antropologi, etika dan politik.
Makalah ini membahas tentang teori gerak sejarah Santo Agustinus dan kaitannya dalam karya bukunya berjudul “ The City of God”
2.     Rumusan Masalah
1.     Siapakah Santo Agustinus ?
2.     Bagaimanakah teori gerak sejarah menurut Santo Agustinus ?
3.     Bagaimana pandangan filsafat Santo Agustinus dalam bukunya “The City of God” ?
3.     Tujuan Masalah
1)     Mengetahui profil Santo Agustinus
2)     Mengetahui teori gerak Santo Agustinus dalam hubunganya dengan sejarah
3)     Mengetahui pandangan filsafatnya Santo Agustinus dalam bukunya The City of God”
 PEMBAHASAN

A. Biogarafi Santo Agustinus

Santo Agustinus dilahirkan pada tanggal 13 November 354 di Tegaste, Algeria, Afrika Utara. Ayahnya bernama Patristius, seorang kafir. Ibunya Santo Monika, seorang Kristen yang saleh. Dalam menginjak dewasa, Santo Agustinus mulai berontak dan hidup liar. Pada umur 29 tahun, Augustinus dan Alypius sahabatnya menjadi guru besar di Milan. Sementara hatinya merasa gelisah, ia mencari-cari sesuatu yang dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Sembilan tahun Santo Augustinus menganut aliran manikisme, yaitu bid’ah yang menolak Allah dan mengutamakan rasionalisme. Tetapi tanpa kehadiran Tuhan dari hidupnya, jiwanya tetap kosong. Semua buku-buku ilmu telah dibacanya tetapi ia tidak menemukan kebenaran dan ketentraman dalam jiwanya.
Pada usia 31 tahun, Santo Augustinus mulai bergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan berkat ajaran dari Santo Ambrosius, uskup kota Milan. Suatu ketika Santo Augustinus melihat orang yang bertaubat kembali ke jalan Allah, ia merasa malu “ Apa yang bisa kita lakukan? Teriaknya kepada Alypus. “ Orang-orang yang tak terpelajar memilih surga dengan berani. Tetapi kita, dengan segala ilmu pengetahuan kita, demikian pengecut sehingga terus bergelimang dosa, semenjak itu ia memulai hidup baru dengan kembali kepada Tuhan.
 Pada tanggal 24 April 387, Santo Augustinus dipermandikan  oleh uskup Ambrosius, ia memutuskan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan.[1] Ia seorang Kristen yang taat. Ia sering menulis pandangan-pandangannya terutama pandangannya tentang sejarah dalam karyanya yang terkenal Civitas dei (kerajaan tuhan). Gubahannya terdiri dari 22 jilid. Civitas dei adalah kerajaan yang tetap akan muncul dan abadi, karena bersumber dari “yang kekal”.[2]
Kekuasaan gereja merupakan hal yang paling menonjol pada periode pertengahan ini. Gereja memperoleh kekuasaan dan kekayaan berkat imannya. Gereja adalah lembaga sosial yang dibangun berdasarkan Iman, yang sebagian bersifat filosofis  dan sebagian berkaitan dengan sejarah sakral. Gereja membawa kekuasaan filosofis menuju hubungan yang lebih erat dengan keadaan-keadaan sosial dan politik. Pada abad pertengahan, para filosof banyak dari kalangan pendeta (bapa gereja). Pelopor dalam sejarah filsafat zaman ini adalah St. Agustinus dan Thomas Aquinas. Jadi secara tidak langsung, pendangannya banyak dipengaruhi dengan kependetaannya.[3]

B. Teori Gerak Sejarah Menurut Santo Auustinus

Menurut Rustam (1999: 52) mengatakan  bahwa:
Hakikat teori sejarah adalah suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara revolusi, karena menggambarkan peristiwa sejarah masa lampau secara kronologis. Urutan secara kronologis merupakan pokok teori untuk menggambarkan gerak sejarah.

Sejarah menurut St. Augustinus adalah epos perjuangan antara dua unsur yang saling bertentangan, yang baik dan yang buruk. Teori gerak sejarah menurut St. Augustinus ditentukan oleh kehendak tuhan. Hukum alam menjadi hukum Tuhan, kodrat alam menjadi kodrat Tuhan, Tuhan menentukan takdir, manusia menerima nasib. Gerak manusia bersifat pasif karena segala sesuatunya ditentukan oleh Tuhan.
Santo Augustinus dalam kitabnya juga menerangkan bahwa tujuan gerak sejarah ialah terwujudnya kehendak tuhan dalam civitas dei atau kerajaan tuhan. Civitas dei merupakan tempat manusia pilihan Tuhan yang menerima ajaran Tuhan dan yang menolaknya akan ditampung didalam civitas diaboli (kerajaan setan) atau neraka. Selanjutnya ia mengajarkan bahwa hakikat sesungguhnya kehidupan adalah penembusan dosa.[4] Seperti yang ia singgung dalam bukunya “The City of God” bahwasannya Adam sebelum kejatuhannya pernah memilki kehendak bebas dan bisa terbebas dari dosa. Namun karena dia dan hawa memakan buah apel maka kerusakan pun merasuki mereka dan terwariskan kepada seluruh anak keturunannya, sehingga tak seorang pun dari mereka yang bisa terbebas dari dosa, kecuali berdasarkan upaya mereka sendiri. Oleh karena itu St. Augustinus mengatakan bahwa hakikat kehidupan manusia di bumi ini hanyalah sebuah penebusan dosa yang dilakukan oleh adam dan hawa terdahulu.[5]

C. Pandangan Santo Agustinus, Filsafat Tentang Sejarah dalam Bukunya The City   Of God (kota Allah/Tuhan)

Santo Agustinus adalah seorang penulis yang produktif dan banyak menghasilkan karya-karya. Dan karya-karyanya banyak yang membahas tentang teologi (teori tentang ke-Tuhanan), dalam beberapa karya Santo Agustinus adalah membahas tentang tiga hal:
1.     Filsafat murni, terutama teorinya tentang waktu.
2.     Filsafat tentang sejarah, seperti dalam karyanya, The City Of God (kota Allah/Tuhan).
3.     Teorinya tentang penebusan, terutamayang berkaitan dengan kaum pelagian.[6] Namun dari tiga perkara diatas kami hanya akan dibahas poin yang kedua yaitu, filsafat tentang sejarah, karya Santo Agustinus yang berjudul The City Of God.
Pada tahun 410 M, Roma dijatuhkan oleh kaum Visigoth. Kaum pagan menghubungkan peristiwa itu dengan Roma telah menelantarkan Dewa-Dewa kuno. Karena pada saat Roma tidak memuja Jupiter(dewa), Roma mengalami malapetaka diatas. Dan ketika Roma memuja para dewa (Jupiter), Roma terlindungi dan tetap berkuasa. Karena. Dalam pagan memandang bahwasemua itu sudah menjadi kehendak dewa-dewa. Argumen diatas adalah argumennya  kaum pagan tentang The City Of God.[7] The City Of God. Yang ditulis oleh Santo Agustinus pada tahun 412 hingga 427 yang berisikan tentang jawaban terhadap pertanyaan sekitar kehancuran Roma, dan berisi dua peristiwa besar yakni kejatuhan Roma ke tangan bangsa Visigoth dan Alarik pada tahun 410 M dan diterimanya agama keristen melalui dekrit politik kaisar Theodosius menjadi agama resmi imperium Romawi pada tahun 393 M.[8]
Buku The City Of God diawali dengan renungan yang berawal dari penyerbuan atas Roma, dan dizaman pra-kristen kejadian yang lebih buruk . kaum pagan mengaitkan kejadian itu dengan agama Kristen karena, selama terjadinya kejadian itu orang-orang Roma berlindung gereja-gereja yang dimulyakan oleh orang-orang Goth dan sebab mereka beragama Kristen.[9]
Selanjutnya. Buku ini membahas persoalan tentang para perawan yang saleh yang diperkosa selama penyerbuan atas Roma. Pandangan Santo Agustinus tentang perempuan diperkosa dia berpendapat “syahwat orang lain tidak bisa mencemari kalian”. Kesucian adalah keutamaan batin dan tidak hilang karena, pemerkosaan. Melainkan, kesucian akan hilang karena karena niat dosa. Ada satu kesatuan bagi kaum perempuan saleh yang diperkosa untuk bisa dinilai tak berdosa, mereka tidak boleh menikmatinya jika mereka menikmatinya maka mereka berdosa.[10]

Santo Agustinus menyangga kamu stoa tentang mengutuk segala macam nafsu, Santo Agustinus mengatakan bahwa nafsu para pemeluk Kristen bisa menjadi sumber keutamaan kemarahan, atau kasih-sayang nafsu tidak harus dikutuk namun, kita selidiki tujuannya.[11]
Buku XI mengawali pembahasan tentang hakekat kota Allah. Kota Allah adalah masyarakat dan kaum terpilih. Pengetahuan tentang Allah hanya bisa di peroleh melalui kristus, karena mengenai semua pengetahuan agama harus pecaya pada kitab suci (suci). Selain itu, dia juga berpendapat bahwa segala yang diberkati bersifat kekal. Akan tetapi, tidak semua yang kekal diberkati,misalnya, neraka dan setan. [12]
Selanjutnya Santo Agustinus juga membahas tentang perihal dosa. Menurutnya, dosa bersumber dari jiwa bukan dari tubuh. Dan perkara ini berhubungan dengan nafsu seksual. Walaupun, pada hakikatnya hubungan seksualdalam sebuah perkawinan tidak berdosa karena, niatnya adalah untuk memperoleh keturunan. Akan tetapi, bagi seorang saleh ingin melakukannya tanpa disertai syahwat. Karena, yang demikian walaupun dalam perkawinan orang-orang merasa dengan hubungan seksual yang disertai syahwat/nafsu. Hal ini berhubungan dengan hukuman tentang dosa Adam yang menimpa kita ( umat manusia). Karena, dahulu Adam dan Hawa dapat melakukan hubungan seksual tanpa disertai dengan syahwat. Namun, karena Adam tidak dapat menjauhkan dirinya dari pohon apel maka, kebutuhan syahwat dalam hubungan seksual adalah hukuman bagi dosa Adam.[13]
                                Kemudian pembahasan selanjutnya, Santo Agustinus menyebutkan bahwa ada dua kebangkitan yaitu, kebangkitan jiwa pada saat kematian dan kebangkitan tubuh pada hari penghakiman. Dimana, setelah kebangkitan tubuh maka, tubuh-tubuh yang terhukum akan terbakar selamanya tanpa bisa musnah (karena, pada hakikatnya neraka bersifat kekal). Dan para iblis misalnya, walaupun pada hakikatnya mereka tidak berjasad namun, dapat terbakar oleh api biasa. Selain itu, dia juga berpendapat bahwa siksa neraka tidak mensucikan dan tidak akan bisa dikurangi sekalipun oleh campur tangan para Santo. Dan diakhir pembahasan buku The City Of God  ini menguraikan tentang visi Santo Agustinus mengenai Allah disurga dan tentang kebahagiaan kekal dikota Allah.[14] 

                                                                                KESIMPULAN
                                Santo Augustinus adalah seorang pelopor dalam sejarah filsafat di zaman abad pertengahan (abad 6-16) M.  St Augustinus mangganti akal dengan iman. Potensi manusia yang diakui pada zaman yunani diganti dengan kuasa Tuhan/ Allah. Ia mengajarkan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relatife. Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama.
                                St. Augustinus mengatakan mempelajari hokum alam adalah mubadir, membosankan waktu. Ia juga berpendapat bahwa bumi adalah pusat jagat raya. Inteletualisme tidak penting, yang penting adalah cimta kepada Tuhan.
                                St. Augustinus memberikan formulasi yang sistematis tentang filsafat Kristen, suatu filsafat yang dominant terhadap katolik dan protestan. Filsafatnya tentang sejarah berpengaruh terhadap gerakan-gerakan agama dan pada pemikiran sekuler. Fisafat sejarah St. Augustinus ditinjau oleh teologi, dia mengatakan bahwa sejarah tidak dapat dijelaskan dengan memperhitungkan factor-faktor ekonomi, social, dan politik. Tetapi sejarah dapat dipahami melalui hokum-hukum Tuhan.
                                Pandangan St. Augustinus mengenai filsafat tentang sejarah ditulis dalam bukunya “ The City of God”. Karya ini sangat terkenal. Bab satu sampai sepuluh meneragkan tantang imperialisme romawi. Khusus bab sebelas sampe tigabelas menceritakan tentang pandangannya mengenai gerak sejarah.

DAFTAR PUSTAKA

                Russel, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka pelajar offset

Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,           Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: PT. Rineka Cipta




ilsafat Ilmu sebagai cabang filsafat ternyata telah diminati secara khusus semenjak abad XVII, terutama ketika ilmu-ilmu mengalami perkembangan dan lepas landas pasca renaissance dan humanisme di dunia Barat, hingga kini telah mengalami perkembangan sedemikian besar dan beragam meliputi beberapa aspek.1
Pada awal abad ke 20 muncul sebuah kelompok yang terdiri dari sarjana-sarjana ilmu pasti dan alam di Wina lebih dikenal dengan “lingkaran Wina”.2 Salah satu tujuannya adalah memperbaharui positivisme klasik ciptaan Comte sekaligus memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Adapun yang dikembangkan adalah Neo-Positivisme atau kerap juga dinamakan Positivisme Logis ataupun Empirisme Logis.3 Mereka memandang filsafat ilmu sebagai logika ilmu. Karenanya seorang filosof ilmu hanyalah melakukan konstruksi presentasi formal dari ungkapan-ungkapan ilmiah,4 dalam penggunaan bahasa yang bermakna (meaningfull) dan sahih akibatnya filsafat ilmu semakin jauh dari kenyataan ilmu pengetahuan.
Filsafat Ilmu baru dimulai dengan terbitnya karya Khun “The Structure of Scientific Revolusion (1962)” Kuhen menyatakan bahwa sebaiknya Filsafat Ilmu berguna bagi Sejarah Ilmu. Upaya untuk berguna bagi Sejarah Ilmu harus merupakan titik pangkal segala penyelidikan. Dengan begitu Filsafat Ilmu bisa mendekati kenyataan ilmu dan aktivitas ilmiyah.
Pada tahap selanjutnya Institusi Sosial Franfurt sejak tahun 1923 telah menuangkan gagasan-gagasannya. Salah seorang tokohnya ialah Erick From (1900-1980) kelompok ini terdiri dari ahli sosiologi, ekonomi, politik dan psikologi. Mereka berusaha memperbaharui dan memperdalam masalah teoritis dan falsafi mengenai cara kerja dan kedudukan ilmu-ilmu sosial.5 Mereka berpendapat bahwa manusia sebagai pencipta cara hidupnya sendiri secara keseluruhan, kemudian keterasingan manusia di tengah-tengah dunia hasil ilmu, teknik dan industri tidak dapat diatasi dengan pemikiran teoritik dan kritis saja.
Dengan demikian mereka mengadakan refleksi falsafi atas kritik-kritiknya yang bertitik pangkal pada pengalaman tentang keadaan ekonomi, politik dengan segala implikasinya dalam bidang sosial. Sedangkan cara mengembangkan refleksi itu bersifat dialektika sesuai dengan keadaan yang tak henti-hentinya berubah secara dialektis juga.6
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
[1]C. Verhaak, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (t.d.), h. 137-144.
[2]Kelompok yang didirikan untuk murid-murid Schlici pada tahun 1924 dan mendapat pengaruh dari tiga corak, pertama dari empirisme, positivisme Hume, Smith dan Ernetmax. Kedua, metodologi ilmu empiris yang dilambangkan untuk para ilmuan semenjak abad XVIII. Ketiga, perkembangan logika simbolik dan analisa logik yang dikembangkan oleh Russel, Wetgentein dan WT. Heath.
[3]Suatu pandangan yang hanya mengakui satu sumber pengalaman saja, yaitu pengalaman yang mengenal data-data inderawi untuk pembuktian dalil-dalil logika dan matematika yang tidak dihasilkan lewat pengalaman sehingga menjadi suatu keseluruhan yang meliputi segala data.
[4]Agar ilmu pengetahuan dapat dijabarkan menjadi suatu ilmu made of univeld Sceince. Maka mereka tidak membedakan bahasa yang digunakan ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu alam.
[5]C. Verhaak, op. cit., h. 157


[1] www.googlebottle.com/tokoh-dunia/st.augustinus
[2] Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, dan Iptek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), 60
[3] Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,2002), 407-408
[4] Rustam Tamburaka………………………………., 149
[5] Bertrand Russel…………………………………..., 478
[6] Betrand Russell. Sejarah Filsafat Barat: Dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Di Zaman Kuno Hingga Sekarang. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 473.
[7] Ibid., 477.
[9] Betrand Russell. Sejarah Filsafat Barat: Dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Di Zaman Kuno Hingga Sekarang. 478..
[10] Betrand Russell. Sejarah Filsafat Barat: Dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang. 479.
[11] Ibid., 481.
[12] Ibid.
[13] Ibid., 482-483.
[14] Ibid., 486.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments System

Disqus Shortname

Disqus Shortname

Comments system